Masa subur perlu
diperhitungkan untuk dapat menetapkan kapan melanjutkan hubungan seksual
bagi mereka yang ini punya anak serta menghindari hubungan seksual bagi
mereka yang tidak ingin punya anak. Pelepasan ovum bervariasi waktunya
sesuai dengan faktor emosi wanita yang memengaruhi refleks hipothalamus
sehingga dapat mempengaruhi pengeluaran releasing factor FSH
dan LH dan pengeluaran FSH dan LH, serta akan memengaruhi waktu ovulasi.
Untuk mengetahui masa subur dapat dipergunakan perhitungan sebagai
berikut:
1. perhitungan masa subur, adalah mulai dari hari pertama haid ditambhan 12 dan masa subur berakhir dengan menambahkan 19 hari pada hari pertama haid dan puncaknya pada hari ke-14.
ex: Menstruasi tgl. 7 Januari 1993. perhitungan minggu suburnya adalah mulai dari tanggal 19 (7+12) sampai tgl 26 (7+19) dengan puncaknya yaitu 21 januari 1993 (7+14).
2. suhu basal bisa dihitung karena pengaruh estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan suhu basal tubuh dengan deviasi seiktar 0,5 derajat. Ovulasi menyebabkan suhu basal bersifat bifasik
3. memerhatikan lendir-lendir serviks yang bersifat basa, jernih, dan transparan yang mudah ditembus oleh spermatozoa dan mempunyai kemampuan regang 15-20 cm (mulur/spinnbarkeit)
4. test cairan serviks saat ovulasi dapat membentuk susunan daun pakis
5. mikrokuretase menjelang atau saat hari pertama haid yang menunjukkan fase sekresi, berarti terjadi ovulasi, dengan demikian wanita mengalami minggu subur
Sumber : Manuaba, I.A.C., Manuaba, A.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
1. perhitungan masa subur, adalah mulai dari hari pertama haid ditambhan 12 dan masa subur berakhir dengan menambahkan 19 hari pada hari pertama haid dan puncaknya pada hari ke-14.
ex: Menstruasi tgl. 7 Januari 1993. perhitungan minggu suburnya adalah mulai dari tanggal 19 (7+12) sampai tgl 26 (7+19) dengan puncaknya yaitu 21 januari 1993 (7+14).
2. suhu basal bisa dihitung karena pengaruh estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan suhu basal tubuh dengan deviasi seiktar 0,5 derajat. Ovulasi menyebabkan suhu basal bersifat bifasik
3. memerhatikan lendir-lendir serviks yang bersifat basa, jernih, dan transparan yang mudah ditembus oleh spermatozoa dan mempunyai kemampuan regang 15-20 cm (mulur/spinnbarkeit)
4. test cairan serviks saat ovulasi dapat membentuk susunan daun pakis
5. mikrokuretase menjelang atau saat hari pertama haid yang menunjukkan fase sekresi, berarti terjadi ovulasi, dengan demikian wanita mengalami minggu subur
Sumber : Manuaba, I.A.C., Manuaba, A.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
0 comment:
Posting Komentar