24 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

A. STANDAR PELAYANAN UMUM Terdapat dua standar pelayanan
  • Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat Persyaratan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala halyang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan baik
  • Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan Persyaratan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukan, yaitu registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yan yg diberikan kpd setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kpd masy. Disamping itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masy yg berkaitan dg ibu dan BBL. Bidan meninjau scr teratur cat tsb untukmenilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya
B. STANDAR PELAYANAN ANT ENATAL Terdapat enam standar pelayanan
  • Standar 3 : Identifikasi Ibu hamil Persyaratan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota masyarakat agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur
  • Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal Persyaratan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangung normal.
  • Bidan juga hrs mengenal resti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,hipertensi, PMS/infeksi HIV;memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kes serta tugas terkaitlainnya yg diberikan oleh puskesman. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiapkunjungan Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujukuntuk tindakan selanjutnya
  • Standar 5 : Palpasi Abdomen Persyaratan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksamamelakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bilaumur kehamilan bertambahmemeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepalajanin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelaianan serta melakukan rujukan tepat waktu
  • Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Persyaratan standar : Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
  • Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Persyaratan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya
  • Standar 8 : Persiapan Persalinan Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
C. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN. Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan
  • Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I. Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
  • Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman. Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
  • Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga. Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
  • Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
D. STANDAR PELAYANAN NIFAS. Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas
  • Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir. Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontanmencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
  • Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan. Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
  • Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
E. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL Di samping standar untuk pelayanan kebidanan dasar ( antenatal, persalinan dan nifas), di sini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri-neonatal. Seperti telah dibahas sebelumnya, bidan diharapkan mampu melakukan penanganan keadaan gawat darurat obstetric-neonatal tertentu untuk penyelamatan jiwa ibu dan bayi. Di bawah ini dipilih sepuluh keadaan gawat darurat obstetri-neonatal yang paling sering terjadi dan sering menjadi penyebab utama kematian ibu/bayi baru lahir.
  • Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan, Pada Tri-mester III Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
  • Standar 17 : Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam. Serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
  • Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus Lama/Macet Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
  • Standar 19 : persalinan dg penggunaaan Vakum Ekstraktor Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,melakukannya secara benar dalammemberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamnannya bagi ibu dan janin
  • Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penangan perdarahan sesuai dengan kebutuhan
  • Standar 21 : Penangan Perdarahan Postpartum Primer Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan dalam 24 pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan
  • Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder Pern yataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya
  • Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya
  • Standar 24 : Penanganan Asfesia Neonatorum Pernyaan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfeksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.

Perubahan pada Ovarium

Diperkirakan setiap wanita mempunyai sekitar 100 ribu folikel primordial yang dapat berkembang setelah rangsangan dari hipofisisi dalam bentuk hormon folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH), dan prolaktin. Jumlah folikel primordial menurut usia adalah sebagai berikut:
Baru lahir : 750.000
usia 6-15 th : 440.000
usia 16-25 th : 160.000
usia 26-35 : 60.000
usia 35-45 th : 35.000 
Masa menopouse semuanya hilang
Dalam siklus reproduktif aktif, sebanyak 400 buah folikel akan mengalami perubahan dan sebagian besar mengalami obliterasi menjadi korpus albikans. Rangsangan gonadotropin hipofisisi FSH menyebabkan sel granulosa yang berada di sekitar folikel primordial berkembang. Pertumbuhan sel granulosa yang sedimikian rupa menyebabkan bagian dalam sel membentuk rongga berisi cairan folikel yang mengandung hormon estrogen. Ovum terdesak ke tepi dan disangga ke dinding folikel oleh cumulus oophorus. ovum dipisahkan dengan sel granulosa oleh zona pelusida. Pertumbuhan dan perkembangan folikel primordial yang semakin besar membentuk folikel de Graff yang dindingnya menuju dinding ovarium. Pada puncak pertumbuhan folikel de Graff, permukaannya mengalami nekrobiotik  dan devaskularisasi sehingga tipis dan bebas dari jaringan ikat dan pembuluh darah. Pengaruh tekanan cairan folikel dan LH yang semakin meningkat dan berfluktuasi menyebabkan ovulasi, yaitu pelepasan ovum ke dalam tuba fallopii. Proses penangkapan ovum disebut ovum pick up mechanism. Ovum melanjutkan perjalanan menuju uterus karena semprotan cairan folikel, peristaltik tuba, dan aliran gerakan cairan tuba karena gerakan silianya. Setelah terjadi proses ovulasi, folikel de Graff menjadi korpus rubrum dan selanjutnya korpus luteum.

Sumber : Manuaba, I.A.C., Manuaba, A.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC 


Tanda-Tanda Dini Bahaya (Komplikasi) Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda

1. Perdarahan Pervaginam Masa Hamil Muda

Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda bisa disebabkan karena abortus (keguguran), kehamilan ektopik (kehamilan diluar rahim) atau molahidatidosa (kehamilan anggur).

a. Abortus
Abrotus adalah berakhirnya kehamilan karena akibat-akibat tertentu sebelum usia kehamilannya berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan (Syafrudin, 2000). Abortus spontan, ialah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervnsi (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage. Abortus buatan, ialah abortus yang terjadi karena intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran atau abortus provokatus atau aborsi.

Jenis Abortus:
1) Abortus Imminens
 abortus yang mengancam, perdarahannya berlanjtu bisa beberapa hari atau dapat berulang. Kehamilannya dapat berlanjut atau dipertahankan. Perdarahan yang sedikit pada hamil muda bisa disebabkan oleh, misalnya plasental sign, yaitu perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta.
Anamnesis : kram perut bagian bawah, perdarahan sedikit dari jalan lahir.
Pemeriksaan dalam : ostium uteri tertutup, ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan, uterus lunak
Pemeriksaan penunjang : USG buah kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, jika buah kehamilan janin tidak baik, janin mati.

2) Abortus Insipiens
Ditemukan banyak perdarahan, kdang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba. Jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga harus segera dievakuasi. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan dalam kondisi ini adalah kontraindikasi.
Anamnesis : disertai nyeri/kontraksi rahim, perdarahan dari jalan lahir
Pemeriksaan dalam : perdarahan sedang hingga banyak, ostium uteri terbuka, buah kehamilan msh dalam rahim dan belum terjadi ekspulsi jasil konsepsi, ketuban utuh (menonojol).

to be continued,,,,

Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil

Tetanus disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian menyerang sistem saraf pusat. Penderita mengalami kejang otot serta diikuti kesulitan menelan dan bahkan bernafas.
Tetanus khususnya beresiko pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril. Mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan.
Upaya pencegahan tetanus neonatorum dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil. Konsep imunisasi TT adalah life long imunization yaitu pemberianimunisasi imunisasi TT 1 sampai dengan TT 5. Skema life long immunization adalah sebagai berikut:
  1. TT 0, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
  2. TT 1, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
  3. TT 2, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
  4. TT 3, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas satu.
  5. TT 4, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas dua.
  6. TT 5, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas tiga.
Kajian status imunisasi ibu hamil meliputi:
  1. Skrining status imunisasi pada ibu hamil ketika melakukan pengkajian data ibu hamil.
  2. Melengkapi bila belum terlindungi imunisasi TT.
  3. Skrining status imunisasi TT pada calon pengantin.
VAKSIN TETANUS TOXOID

Pengertian
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahanterhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). Vaksin tetanus toksoid adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet.

Manfaat Imunisasi TT Ibu Hamil
  1. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
  2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000).
Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).

Waktu Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TTlengkap (BKKBN, 2005). TT 1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000).

Jarak Pemberian Imunisasi TT
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000).

Efek Samping Imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untukwanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT(Saifuddin dkk, 2001). Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000).Tempat Pelayanan untuk Mendapatkan Imunisasi TT
  1. Puskesmas/ puskesmas pembantu
  2. Rumah sakit pemerintah/ swasta
  3. Rumah bersalin
  4. Polindes
  5. Posyandu
  6. Dokter/ bidan praktik (Depkes RI, 2004)
Dosis
Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 intra unit.

Kemasan
  • 1 bok vaksin terdiri dari 10 vial.
  • 1 vial berisi 10 dosis.
  • Vaksin TT berbentuk cairan.
Manfaat
  1. Mencegah tetanus pada bayi baru lahir (diberikan pada wanita usia subur atau ibu hamil).
  2. Mencegah tetanus pada ibu bayi.
  3. Dapat digunakan oleh siapa saja yang terluka seperti terkena benda berkarat, jatuh di jalan raya.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.

Kontra Indikasi
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT.

Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi penyuntikan dan bersifat sementara. Terkadang terjadi demam.

Jadwal Pemberian
Jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS (wanita usia subur)
  1. TT 1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.
  2. TT 2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  3. TT 3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  4. TT 4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
  5. TT 5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.
Cara Pemberian
  1. Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi menjadi homogen.
  2. Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat.
  3. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada trimester pertama.
  4. Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa, vaksin disimpan dalam suhu 2 dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM masih dalam kondisi A atau B.
  5. Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.

sumber : http://www.lusa.web.id/imunisasi-tt-tetanus-toksoid-pada-ibu-hamil/
http://www.lusa.web.id/vaksin-tt-tetanus-toksoid/Diunduh pada 24 Maret 2014

Perubahan dan Adaptasi Psikologi dalam Masa Kehamilan


TRIMESTER PERTAMA

Sering disebut masa penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa seorang wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologi pertama calon ibu untuk dapat menerima kenyataan kehamilannya. Selain itu akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, ekcemasan dan kesedihan. Ibu hamil akan sering merenung tentang keadaan dirinya. Dari munculnya kebingungan tentang kehamilannya dengan pengalaman buruk yang pernah dialaminya sebelum kehamilan, efek kehamilan yang akan terjadi pada hidupnya (terutama jika ia wanita karir), tanggung jawab baru atau tanggung jawab tambahan, kecemasan dirinya tentang kemampuan dirinya menjadi seorang ibu, keuangan ruman, penerimaan kehamilannya oleh orang lain terutama suami, dan keluarganya. Saat itu, beberapa ketidaknyamanan trimester pertama berupa mual, muntah, lelah, perubahan selera, emosional, mungkin mencerminkan konflik dan depresi yang dialami dan dapat terjadi pada saat ia teringat akan kehamilannya. Kekhawatiran orang tua akan kesehatan anak-anaknya berbeda-beda selama masa hamil. Kekhawatiran pertama yang muncul pada saat kehamilan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Trimester pertama juga merupakanmasa kekhawatiran dari penantian kehamilannya menjadi aman, terutama pada wanita yang pernah hamil dan mengalami keguguran sebelumnya. Pada masa kehamilan ini ibu akan mencari-cari perubahan dalam dirinya untuk meyakinkan bahwa dirinya sedang hamil.Bertambahnya berat badan ibu adalah bagian yang signfikan pada wanita hamil trimester pertama dan dengan bertambahnya berat badan ibu hamil dijadikan bukti awal berkembangnya bayi. Pada awal kehamilan hasrat untuk melakukan hubungan seks (libido) mengalami penurunan. Ekspresi seksual setiap individu berbeda-beda  yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, fisik, emosi, interaksi termasuk takhayul tentang seks selama kehamilan, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa berhubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, keprihatinan, kekhawatiran, dan perubahan fisik. Semua ini bagian normal dari proses kehamilan pada trimester I.

TRIMESTER KEDUA
Sering disebut periode pancaran kesehatan. Karena pada saat ini ibu merasa lebih baik dan terbebas dari rasa ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena sudah berkurang. Perut ibu mulai membesar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah mulai menerima kehamilannya, bisa merasakan gerakan janinnya, ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai orang diluar dari dirinya sendiri. Trimester kedua dibagi menjadi dua, yaitu fase preluickening dan post kuickening. Akhir dari trimester pertama dan selama prekuick dalam trimester II, wanita tersebut akan terus melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang menghubungkannya dengan ibunya sendiri. Hubungan sosial wanita akan meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu, ketertarikan, dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran yang baru. Kuickening mungkin terjadi pada wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.  Kecemasan in terjadi apalagi ketika sudah bisa merasakan gerakan janinnya sehingga muncul kekhawatiran akan janinnya terjadi cacat.

TRIMESTER KETIGA
Sering disebut periode penantian.  Periode penantian kehadiran bayinya, ada perasaan tidak senang ketika bayinya lahir tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Trimester tiga adalah masa mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tuanya. Terjadi rasa tidak nyaman karena terjadi perubahan body image, yaitu merasa dirinya aneh dan jelek sehingga ibu sangat membutuhkan dukungan suami, keluarga dan bidan.

-Sumber : Kusmiyati, wahyuningsih, H.P., Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya : Yogyakarta.-
 

  

Ia adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darinya, Julaibib

Julaibib..
Apa yang terlintas ketika mendengar nama ini? Namanya Julaibib, begitulah dia biasa dipanggil. Nama ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri fisiknya yang kerdil pendek, wajahnya (maaf) jelek, berkulit hitam ia adalah seorang yatim piatu, begitu sejarah menggambarkannya. tampilan fisiknya wajahnya terkesan sangar, pendek, bunguk, hitam, dan fakir, kainnya usang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah tidak beralas. Tidak ada rumah untuk berteduh, tidur hanya berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tidak ada perabotan, minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak tangan. Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!” demikianlah keadaan Julaibib pada saat itu. Namun ia adalah sahabat Rasulullah dari golongan Anshar dia selalu berada di shaf terdepan dalam shalat maupun jihad. Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, tidak begitu dengan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam sang rahmat bagi semesta alam, Karena itulah di belakang namanya ada tambahan al-Anshari, Julaibib al-Anshari. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Sang Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam,
“Julaibib…”, begitu lembut beliau memanggil,
“Apakah kamu mau menikah?” tanya Rasulullah SAW kepadanya suatu saat.
“Aku tidak punya apa-apa wahai Rasulullah. Bagaimana mungkin bisa menikah ?” jawabnya dengan penuh santun dan ta’dzim kepada nabi.
“Siapakah orangnya Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam”, kata Julaibib, “yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?”Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan pada Julaibib. Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menanyakan hal yang sama.Tiba-tiba lewat salah seorang sahabat Anshar yang lainnya. Rasulullah pun segera memanggilnya dan bertanya kepadanya,
“Apakah kamu hendak menikahkan putrimu?”
“Siapakah yang tidak mau menikahkan putrinya dengan orang semulia engkau wahai Rasulullah?” jawabnya dengan senang hati.
“Bukan untukku. Tapi untuk Julaibib.”
Lelaki Anshar itu terkejut. Wajah bungah dan sumringah lalu tiba-tiba berubah padam. Nampak raut kekecewaan.
“Sebentar Rasulullah, aku akan membicarakannya terlebih dulu dengan istriku.”
“Julaibib, orang biasa itu? Bagaimana mungkin kita menikahkan putri kita dengan orang seperti itu, padahal kita sudah beberapa kali menolak lamaran orang-orang yang memiliki harta dan nasab lebih mulia darinya!” tanggap istrinya. Ternyata anak perempuannya yang dimaksud itu sedang mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya, bahwasanya Rasulullah telah melamarnya untuk Julaibib. Melihat reaksi kedua orang tuanya yang tidak setuju, tiba-tiba ia keluar menemui mereka, lalu membaca firman Allah :

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab 36)"

Lantas anak perempuan itu melanjutkan,
“Aku ridha dan aku menerima apa yang telah Rasulullah ridhai dan pilihkan untukku.” Subhanallah! ini adalah keputusan besar, yang hanya akan diambil oleh orang-orang yang berjiwa besar dan berorientasi surga. Rasulullah pun lantas mendoakannya,
“Ya Allah, curahkanlah segala kebaikan kepadanya, dan jangan Engkau jadikan urusan hidupnya sulit.” Setelah itu Julaibib menikah dengan wanita pilihan Rasulultah itu, maka mereka berubah menjadi orang golongan Anshar.
Julaibib, orang yang dulunya sangat tidak berada. Dirinya tak pernah mengira akan mendapatkan wanita jelita sekaligus dikaruniai Allah limpahan harta. Di tengah-tengah menikmati itu semua, hidup bersama anak-anak yang lucu dan istrinya yang tercinta, juga berada dalam limpahan kecukupan kebutuhan dunia, setelah sebelumnya tidak punya apa-apa, tiba-tiba datanglah seruan, panggilan jihad dari Rasulullah SAW.
Mungkin hati bisa menjadi bimbang, lantaran harus memilih salah satu dari keduanya. Menikmati sisa kehidupan bersama keluarganya, atau ikut berjihad bersama Rasulullah. Sama-sama berat untuk ditinggalkan. Sama-sama disuka oleh jiwa. Sama-sama diminati oleh hati. Namun bagaimanapun juga, mau tidak mau, dirinya harus memilih salah satu dari keduanya Jihad atau bersenang-senang dengan harta dan keluarga ?
Panggilan Rasulullah pun lebih ia utamakan. Berperang di jalan Allah, untuk membela Islam. Itulah pilihannya ketika itu.
Dari Abu Barzah al-Aslami, bahwasanya Rasulullah SAW berkata pada sahabat setelah peperangan selesai, “Apakah kalian kehilangan teman kalian?”
“Demi Allah ! Aku kehilangan temanku si fulan !” jawab salah seorang sahabat.
“Aku juga kehilangan sahabatku Fulan!” sahut yang lainnya.
“Aku juga! Aku juga! Aku juga!” mereka semua saling bersahut-sahutan menyebutkan teman-teman mereka masing-masing yang meninggal dalam pertempuran yang baru saja usai. Julaibib tidak berada dalam barisan orang-orang yang sedang berkumpul itu. Namun tak seorangpun yang merasa kehilangan sosok Julaibib. kemudian Rasulullah bertanya kembali
"Apakah kalian kehilangan teman kalian?". Para sahabat pun sibuk mencari siapa saja sahabat yang tidak berada dalam barisan, kemudian salah satu di antara mereka menjawab
"Tidak Ya Rasulullah" Rasulullah menanyakan itu sekali lagi, dan jawaban sahabatpun sama. kemudian Rasulullah berkata
“Tetapi aku kehilangan Julaibib.” kata Rasulullah sedih. Semua sahabat pun tertegun, lantas mereka mencari-cari dimana jasad Julaibib berada. Sosok Julaibib itu terbaring tak bernyawa dengan lumuran darah, wajahnya penuh dengan luka pedang dan ia berada di tengah-tengah tujuh jasad musuh-musuhnya. Ya seorang Julaibib telah membunuh ke tujuh musuh yang jasad-jasadnya tergeletak di sekelilingnya, baru setelah itu dirinya terbunuh sebagai syuhada’.
Setelah Rasulullah diberi tahu tentangnya, beliaupun segera menghampirinya dan berkata,
“Dia telah membunuh tujuh orang lawannya, lalu dia terbunuh". Para sahabat pun tertunduk menyesal mendengar apa yang di katakan oleh Rasulullah. Rasulullah pun lalu mengkafani dan menyolati Julaibib kemudian Rasul berkata yang membuat para sahabat untuk pertama dan terakhir kalinya iri pada Julaibib
"la adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya.” Rasulullah mengulangi kata-katanya itu sebanyak tiga kali.
Julaibib, sosok sederhana namun memiliki tempat yang khusus di hati Rasulullah SAW. Sosok yang apa adanya, polos, tidak memburu ketenaran. Hidupnya mengalir begitu saja tanpa melawan takdir Allah SWT. Ketika dua kenikmatan, antara kenikmatan dunia dan kenikmatan menemani Rasulullah SAW dalam berjihad untuk meraih gelar syuhada’ dihadapkan kepadanya, ia lebih memilih kenikmatan yang kedua. Meskipun jiwa yang dipertaruhkan untuk meraihnya.
Gemerlap dunia yang sudah berada dalam genggaman tangannya tak merubah orientasi hidupnya yang agung, yaitu berbekal untuk kebahagiaan di kampung akhirat. Julaibib yang sekarang masih seperti Julaibib yang dulu.
Dulu ketika belum menikah, masih fakir, keberadaannya dalam majelis adalah sama dengan kealpaannya di mata orang-orang. la ada dan ia alpa adalah sama saja. Jika alpa tak ada yang mencari. Dan ketika harta sudah dipunya pun juga masih sama seperti dulu. Dirinya meninggal di medan pertempuran tak ada orang yang menanyakan keadaannya, tak ada yang merasa kehilangan dirinya. Namun kalimat yang terucap dari lisan Rasulullah SAW tentang dirinya, ketika jiwanya sudah tak lagi menyatu dengan raga itu sudah cukup mewakili segalanya. Kalimat Rasulullah SAW itu adalah bukti bahwa Julaibib memang bukanlah orang sembarangan. la adalah orang luar biasa, meski tampilannya sederhana. “la Bagian Dariku…dan Aku Bagian Darinya…”

Dari cerita diatas bisa kita ambil Ibrohnya bahwa Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tidak suka. Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tidak selalu terungkap di awal pagi. Karena seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih tahu tentang kita. Dan Dialah yang akan menyutradarai pentas kepahlawanan para aktor ketaatan. Dan semua akan berakhir seindah surga. Surga yang telah dijanjikanNya.

Macam - macam posisi pasien di tempat tidur


1.   Posisi Fowler
a)   Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
b)  Tujuan
-      Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
-      Meningkatkan rasa nyaman
-      Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru
-      Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
c)   Indikasi
a.    Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b.   Pada pasien yang mengalami imobilisasi




2.   Posisi Sim’s
a)   Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi   ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.
b)  Tujuan
- Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
- Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
- Memasukkan obat supositoria
- Mencegah dekubitus
c)   Indikasi
a.    Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
b.   Pasien yang tidak sadarkan diri
c.    Pasien paralisis
d.   Pasien yang akan dienema
e.    Untuk tidur pada wanita hamil.

3.   Posisi Trendelenberg
a)     Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
b)  Tujuan
-  Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
-  Pasien shock.
-  Pasien hipotensi.
c)   Indikasi
    1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
    2) Pasien shock
    3) Pasien hipotensi. 





4.   Posisi Dorsal Recumben
a)   Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.
b)  Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
c)   Indikasi
    1) Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
    2) Pasien dengan ketegangan punggung belakang.




5.   Posisi Lithotomi
a)   Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
b)  Tujuan
-  Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina taucher, pemeriksaan rektum, dan sistoscopy
-  Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
c)   Indikasi
    1) Pada pemeriksaan genekologis
    2) Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan
        terhadap penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung
        kemih.


6.   Posisi Genu pectrocal
a)   Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
b)  Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina
c)   Indikasi
    1) Pasien hemorrhoid
    2) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.




7.   Posisi orthopeneic
a)   Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti pada meja.
b)  Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.
c)    Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.




8.   Supinasi
a)   Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
b)  Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
c)   Indikasi
   1) Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
   2) Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.




9.   Posisi pronasi
a)   Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
b)  Tujuan
1)  Memberikan ekstensi  maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2)  Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
c)   Indikasi
1) Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2) Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.




10.    Posisi lateral
a) Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
b)  Tujuan
1)   Mempertahankan body aligement
2)   Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3)   Meningkankan rasa nyaman
4)   Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi menetap
c)   Indikasi
1) Pasien yang ingin beristirahat
2) Pasien yang ingin tidur

 
♥ hope dreams come true ♥ Blog Design by Ipietoon